Kamis, 28 Maret 2013

solusi mengatasi keterbatasan alat pembelajaran


SOLUSI YANG HARUS DI LAKUKAN JIKA TIDAK ADA ALAT PEMBELAJARAN

A.PENDAHULUAN           
Seringkali seorang guru Pendidikan Jasmani atau penjas mengeluhkan keadaan sarana dan prasarana sekolah tempat ia mengajar tidak adanya alat pembelajaran. Terkadang, seorang guru penjas harus “bertengkar” dengan kepala sekolah atau kepsek untuk menyediakan fasilitas olahraga di sekolah. Sementara menurut pemikiran sebagian orang, pelajaran penjas tidak begitu penting, mengingat pelajaran tersebut tidak masuk dalam ujian nasional (UN) atau ujian akhir berstandar nasional (UASBN). Jadilah pelajaran penjas menjadi “anak tiri” di sekolah, sehingga kurang mendapat perhatian yang serius.Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang peran sentral pelajaran penjas dalam mendukung proses pendidikan secara menyeluruh. Tulisan ini lebih menekankan peran guru penjas, agar lebih kreatif dan inovatif untuk memodifikasi pembelajaran penjas dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya/tidak tersedianya alat pembelajaran yang dimiliki sekolah.
Harus disadari bahwa keterbatasan alat pembelajaran olahraga di sekolah sangat bervariasi antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Jika sekolah memiliki fasilitas olahraga yang lengkap, sudah tentu tidak menjadi persoalan bagi sang guru. Masalahnya, kita masih menemukan sekolah dengan sarana dan prasarananya yang sangat terbatas.
Menurut Undang-undang Sistem Keolahragaan Naional (UU SKN) No. 3 Tahun 2005 pasal 20 dan 21 Sarana olahraga adalah peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan olahraga. Sementara prasarana olahraga adalah tempat atau ruang termasuk lingkungan yang digunakan untuk kegiatan olahraga dan/ atau penyelenggaraan keolahragaan. Berdasarkan UU SKN tersebut dapat dijelaskan bahwa sarana meliputi peralatan dan perlengkapan yang dipergunakan seperti bola kaki, bola voli, bola kasti, bola takraw, bola basket, papan pantul ring basket, tiang voli beserta netnya, raket bulu tangkis beserta netnya, meja tenis meja beserta betnya, tongkat estafet, peluru untuk tolak peluru, lembing, bak lompat jauh, gawang futsal, matras dan peralatan lainnya. Sementara prasarana meliputi ruangan atau lapangan yang dapat digunakan untuk melakukan aktifitas olahraga yang akan dilakukan.
Berikut ini akan di jelaskan mengenai modifikasi pembelajaran yang dapat di jadikan solusi untuk mengatasi tidak adanya alat pembelajaran serta tidak tersedianya sarana dan prasarana:
B.PEMBAHASAN
MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

            Modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani penulis anggap penting untuk diketahui oleh para guru pendidikan jasmani. Diharapkan dengan mereka dapat menjelaskan pengertian dan konsep modifikasi, menyebutkan apa yang dimodifikasi dan bagaimana cara memodifikasinya, menyebutkan dan menerangkan beberapa aspek analisis modifikasi.
Dalam penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu “ Developentally Appropriate Practice” (DAP).
Artinya bahwa tugas ajar yang disampaikan harus memerhatikan perubahan kemampuan atau kondisi anak, dan dapat membantu mendorong kea rah perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan tingkat kematangan anak didik yang diajarnya. Perkembangan atau kematangan yang dimaksud mencakup fisik, psikis maupun keterampilannya.

Tugas ajar itu juga harus mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan karakteristik individu dan mendorongnya kea rah perubahan yang lebih baik.

a. Pernahkah anda membayangkan apakah kita mampu mengakomodasi setiap perubahan
dan perbedaan karakteristik siswa melalui tugas ajar yang kita berikan ?
b. Apakah keadaan media pembelajaran yang dimiliki sekolah anda bias memfasilitasi
aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani secara optimal ?
c. Perlukah kita mengadakan perubahan, penataan atau mengembangkan kemampuan daya
dukung pendidikan jasmani di sekolah kita ?

d. Upaya apa yang bias kita lakukan agar proses pembelajaran pendidikan jasmani
tersebut bisa memberikan hasil yang lebih baik ?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin sering muncul manakala kita merenungi tugas kita sebagai seorang guru pendidikan jasmani yang cukup berat.

KONSEP MODIFIKASI

            Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran dapat mencerminkan DAP. Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.

            Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih terampil. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran. Selanjutnya guru-guru pendidikan jasmani juga harus mengetahui apa saja yang bisa dan harus dimodifikasi serta tahu bagaimana cara memodifikasinya. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan berikut harus dipahami dengan sebaik-baiknya.



a. Apa yang dimodifikasi ?

            Beberapa aspek analisis modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang tujuan,karakteristik materi, kondisi lingkungan, dan evaluasinya.

            Disamping pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tujuan, karakteristik, materi, kondisi lingkungan, dan evaluasi, keadaan sarana, prasarana dan media pengajaran pendidikan jasmani yang dimiliki oleh sekolah akan mewarnai kegiatan pembelajaran itu sendiri.
Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari yang paling dirasakan oleh para guru pendidikan jasmani adalah hal-hal yang berkaitan dengan sarana serta prasarana pendidikan jasmani yang merupakan media pembelajaran pendidikan jasmani sangat diperlukan.

            Minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah-sekolah, menuntut seorang guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada. Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang semenarik mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran penjas yang diberikan. Banyak hal-hal sederhana yang dapat dilakukan oleh guru pendidikan jasmani untuk kelancaran jalannya pendidikan jasmani.

            Guru pendidikan jasmani di lapangan tahu dan sadar akan kemampuannya. Namun apakah mereka memiliki keberanian untuk melakukan perubahan atau pengembangan – pengembangan kea rah itu dengan melakukan modifikasi ?

            Seperti halnya halaman sekolah, taman, ruangan kosong, parit, selokan dan sebagainya yang ada dilingkungan sekolah, sebenarnya dapat direkayasa dan dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani.
Dengan melakukan modifikasi sarana maupun prasarana, tidak akan mengurangi aktivitas siswa dalam melaksanakan pelajaran pendidikan jasmani. Bahkan sebaliknya, karena siswa bisa difasilitasi untuk lebih banyak bergerak, melalui pendekatan bermain dalam suasana riang gembira. Jangan lupa bahwa kata kunci pendidikan jasmani adalah “Bermain – bergerak – ceria”.

b. Mengapa Dimodifikasi ?

Lutan (1988) menyatakan : modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar :
a) Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran
b) Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi
c) Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.

Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada dalam kurikulum dapat disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik anak.

Menurut Aussie (1996), pengembangan modifikasi di Australia dilakukan dengan pertimbangan:

a) Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa;
b) Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi
cedera pada anak;
c) Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak lebih cepat
dibanding dengan peralatan standar untuk orang dewasa, dan
d) Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada anak-anak
dalam situasi kompetitif.

            Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani, oleh karenanya pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakteristik anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan senang dan gembira.

BENTUK-BENTUK MODIFIKASI DALAM PENJAS
Pertama, kita membahas modifikasi peraturan permainan olahraga yang telah banyak dilakukan guru-guru penjas, bahkan telah dipertandingkan antar sekolah. Misalnya sepak bola menjadi sepakbola mini, bola voli menjadi bola voli mini, bola basket menjadi bola basket mini, tenis menjadi tenis mini dan nomor-nomor pada cabang olahraga atletik seperti nomot sprint 100 meter menjadi 60 meter, lempar lembing diganti dengan lempar roket, sepak takraw diganti dengan kenchi/ bulu ayam, dan nomor-nomor atletik yang digabung-gabung menjadi tri-lomba (lari sprint, lompat kodok 3x dan lempar roket).

Kedua, modifikasi olahraga tradisional/ rakyat yang kurang mendapat perhatian serius atau terabaikan oleh guru-guru penjas. Banyak jenis olahraga tradisional yang sangat mengasyikkan bagi siswa, seperti galasin/ gerobak sodor/ galah panjang, pecah piring, enggrang, permainan karet, gotri, sambar elang, lari goni, lari guli, terompah bajak, alip berondok, kuda tunggang, batu locak dan lain sebagainya. Kesemua jenis permainan olahraga tradisional ini tetap memiliki dan mengarah pada peningkatan aspek physical conditioning siswa, seperti kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelincahan, kelentukan, keseimbangan, daya ledak dan ketepatan. Bukankan hakikat pembelajaran pendidikan jasmani meningkatkan kebugaran siswa?
Ketiga, melakukan kegiatan aktivitas outbound yang yang lagi trend saat ini, dan sudah mulai dilaksanakan oleh beberapa sekolajh. Kita tidak perlu melakukan aktivitas outbound ke lokasi wisata yang jauh dari sekolah, sehingga menguras keuangan siswa. Karena aktivitas outbound dapat juga dilakukan di lokasi sekolah dan yang pasti tidak kalah serunya dengan lokasi wisata. Jenis-jenis aktivitas outbound yang dapat dilakukan di sekolah seperti field trap, water fall, blind army, happy king, moving carpet, borgol hands, hole trap, step with stone, dragon ball, mendulang emas, ban titian, pasak bumi, botol ajaib, tali kubus, bola bisu, lari lambat, panjang-panjangan, bangku bisu, transfer air, pipa bocor dan jenis lainnya. Sesekali jika memungkinkan, siswa dapat diajak ke alam bebas untuk memainkannya serta ditambah dengan aktivitas low and high rope yang lebih menantang, seperti flying fox, rafling, titian dewa, rafting, dan tracking
Keempat, upaya guru penjas menciptakan olahraga baru yang relevan dengan tujuan pembelajaran penjas. Walau terasa cukup berat, namun bukan mustahil guru-guru penjas dapat menciptakan olahraga baru yang lebih kreatif lagi. Saat ini telah banyak guru-guru penjas yang membentuk perkumpulan-perkumpulan atau organisasi, seperti Kelompok Kerja Guru (KKG) Penjas, Ikatan Sarjana Olahraga Indonesia (Isori) dan banyak perkumpulan lainnya. Perkumpulan-perkumpulan guru penjas ini telah bergera melakukan pembahasan-pembahasan dan pemutakhiran model pembelajaran penjas. Diharapkan langkah tepat yang sudah dilakukan dapat di follow-up lagi untuk mewujudkan penciptaan jenis olahraga baru. Kenapa tak mungkin?
Sudah saatnya guru penjas berhenti mengeluhkan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. Jangan sampai, guru penjas melakukan aksi memusuhi kepala sekolah, hanya karena penolakan-penolakan atas proposal penyediaan sarana dan prasarana yang kita tawarkan. Sekali lagi, guru penjas tidak boleh menyerah dengan kondisi sekolah yang serba terbatas. Karena selama kita berfikir maka eksistensi dan kreativitas kita akan selalu ada. Yakinlah bahwa pelajaran penjas bukanlah pelajaran yang menjadi “anak tiri“ di sekolah. Karena selagi murid masih bersorak gembira atas kehadiran kita untuk membawakan pelajaran penjas, itu artinya menjadi tantangan bagi kita untuk menyahuti keinginan bermain para siswa.

C.KESIMPULAN
Tidak tersedianya alat pembelajaran tidaklah menjadi alas an guru penjas dalam mengajar. Guru penjas dituntut kreatif dan inovatif untuk mengatasi hal tersebut. Salah satu hal yang dapat di lakukan salah satu diantaranya adalah melakukan modifikasi pembelajaran

D.SUMBER:









TUGAS MATA KULIAH TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
TENTANG SOLUSI YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK MENGATASI TIDAK ADANYA ALAT PEMBELAJARAN


logo uns.gif

Disusun oleh :
NAMA : Fatkhur Rozi
NIM    : K4610038

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011